Apa itu bahan sintetis?

Bahan sintetis atau bahan buatan adalah bahan yang memiliki tampilan seperti bahan organik yang berasal dari binatang atau serat tumbuhan. Meskipun menyerupai bentuknya, bahan sintetis tidak dibuat dari bahan alam yang asli. Misalnya kulit sintetis yang bukan dibuat dari kulit binatang selayaknya bahan kulit yang asli. 

Bahan sintetis terdiri dari serat alami dan sintetis. Bahan ini dilapisi dengan polimer plastik atau sejenisnya. Bahan sintetis biasanya dibuat dari poliuretan (PU), polivinilklorida (PVC), atau serat mikro-tekstil komposit.

Baik bahan sintetis maupun bahan asli, dalam pembuatannya akan mengalami proses pengolahan secara kimia. Akan tetapi, bahan kulit sintetis memiliki daya tahan yang lebih awet dibandingkan bahan kulit asli. Hal ini dikarenakan kandungan kimia yang ada di dalamnya yang dapat meningkatkan daya tahannya.

Jenis-jenis bahan sintetis

Berikut adalah contoh-contoh bahan sintetis yang beredar di pasaran beserta cirinya:

1. Nilon

Bahan sintetis ini berbahan dasar batu bara, air, dan udara. Bahan ini sangat lembut dan mudah untuk dicuci. Setelah dicuci, barang-barang tersebut dapat dikeringkan dengan mudah dan bentuknya pun dapat kembali seperti semula. Contoh barang-barang yang dibuat dari bahan nilon adalah sabuk pengaman pada mobil, kantong tidur untuk berkemah, kaus kaki, tali-temali, dan lain-lain.

2. Poliester

Bahan poliester dibuat dari campuran batu bara, air, udara, dan petroleum. Selain keempat zat tersebut, poliester juga dibuat dari senyawa kimia yang dikenal dengan nama “ester”. Sama dengan nilon, barang-barang yang berbahan poliester dapat dengan mudah dicuci. Selain itu, barang-barang berbahan dasar ini pun tidak mudah mengerut. Bahan poliester cocok sebagai bahan untuk membuat pakaian, kain lap, jaring, jas hujan, jaket, dan sebagainya.

3. Rayon

Bahan sintetis yang satu ini dibuat dari bubur kayu. Kain-kain yang terbuat dari rayon permukaannya terasa halus, mudah menyerap air, dan nyaman digunakan. Selain itu, barang-barang yang berbahan rayon dapat dengan mudah diberi warna. Pada umumnya, rayon seringkali digabungkan dengan kapas untuk membuat seprai kasur. Rayon juga sering digabungkan dengan wol untuk membuat karpet.

4. Kulit sintetis

Pada umumnya, bahan kulit sintetis terbuat dari ketiga contoh bahan sintetis yang telah disebutkan di atas. Bahan sintetis yang dipakai untuk membuat kulit sintetis tergantung jenis produk yang akan dibuat. Namun pada dasarnya, kulit sintetis haruslah dibuat untuk memenuhi tujuannya agar dapat bertahan lebih lama dari kulit asli, tahan air, dapat dibersihkan dengan mudah, dan tentunya dapat diproduksi dengan lebih murah. 

Akan tetapi, ada beberapa kekurangan dari bahan kulit sintetis. Salah satu kelemahannya yang cukup membahayakan yakni, bahan-bahan sintesis tersebut lebih mudah terbakar dibanding bahan kulit asli. Selain itu, banyak juga dari bahan-bahan tersebut yang kualitasnya dapat menurun apabila dibersihkan atau dicuci dengan air panas.

Karena berbagai kelebihannya, kulit sintetis seringkali digunakan untuk memproduksi sepatu. Kualitasnya pun tidak kalah baiknya dengan sepatu yang berbahan kulit asli. Bahan sintetis yang dipakai umumnya adalah gabungan bahan nilon dan poliester. 

Ada beberapa kelebihan yang ditawarkan sepatu berbahan sintetis kepada penggunanya. Sebagai contoh, sepatu berbahan dasar sintetis apabila dipakai akan terasa ringan di kaki penggunanya. Kemudian, sirkulasi udara di sepatu berbahan sintetis juga lebih baik, sehingga kaki tidak akan cepat berkeringat dan bau. Dan terakhir, sepatu berbahan sintetis pada umumnya lebih tahan terhadap air dibandingkan sepatu berbahan kulit asli.

Apakah aman menggunakan bahan sintetis?

Meskipun memiliki banyak kelebihan dibandingkan bahan alami, bahan sintetis juga memiliki kekurangan dan dampak negatif tersendiri dalam pemakaiannya. Salah satu dampak negatif yang paling umum adalah pencemaran lingkungan akibat limbah yang dihasilkan bahan sintetis.

Ketika selesai mencuci produk berbahan sintetis, partikel-partikel mikroplastik dari produk tersebut dapat terbawa air yang dibuang setelah selesai mencuci. Air tersebut kemudian mengalir dari saluran pembuangan menuju sungai dan pada akhirnya sampai di laut. 

Partikel-partikel mikroplastik yang terbawa air itu kemudian dapat mencemari ekosistem laut. Data menunjukkan bahwa 73% dari seluruh ikan-ikan yang diteliti di perairan samudera Atlantik bagian barat laut memiliki kandungan mikroplastik di dalam perutnya. 

Selain berbahaya terhadap alam, partikel-partikel mikroplastik tersebut juga dapat masuk ke tubuh manusia melalui pori-pori kulit yang terbuka lebar ketika berkeringat. Racun-racun yang ada di dalamnya pun bisa masuk ke dalam tubuh dan dapat menyebabkan berbagai penyakit.

Lantas, bagaimana caranya untuk meminimalkan dampak negatif dari bahan sintetis itu sendiri? Sampai saat ini, belum ada kesepakatan internasional mengenai hal tersebut. Namun sebagai langkah awal, kita dapat melakukan aksi penghematan dengan tidak terlalu sering membeli barang baru. Utamakan mendaur ulang dan jika membeli produk-produk dengan bahan sintetis, sebaiknya Anda memiliki mesin cuci yang dapat menyaring partikel-partikel mikroplastik dalam proses mencuci.